Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

KOMPOSISI SOSIS

Memicu penyakit kanker usus, kanker, cacing pita, jantung, stroke bila dimakan secara sering, karena kadar lemak dan kolesterol yang tinggi pada sosis.
Pernah ada isu yang beredar bahwa bahan pembungkus sosis terbuat dari usus babi, emang benar sosis ada yang terbungkus dari usus babi. Tapi salah juga karena tidak semuanya sosis terbungkus dari usus babi. Yang benar adalah sosis merupakan proses pengawetan daging dengan digaramkan. Tapi kebanyakan yang beredar di masyarakat indonesia adalah sosis dengan bahan pengawet dan mengedepankan rasa tanpa nilai gizi yang cukup. Karena penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa, memakan sosis secara berlebihan atau berkesinambungan menyebabkan berbagai penyakit yang tidak diduga sebelumnya. Komponen penyusun utama dari sosispun yang beredar di pasaran sekarang ini adalah tidak murni sosis dengan daging yang digaramkan. Melainkan berbagai zat kimia yang menunjukkan pengawet dan perasa makanan sehingga tidak seperti sosis yang beredar di negara laen, atau sesuai jenis sosis itu dibuat. Kalo di Indonesia memang tidak ada nama sosis atau jenis sosis dari indonesia, karena Indonesia menurut saya lebih mengedepankan kepentingan bisnis dari pada sebuah kuliner atau pembuatan sesuatu yang khas dari Indonesia.
Terserah bagaimana anda menyikapinya, karena semakin banyak sosis yang dijual dipasaran dengan slogan “langsung enak tanpa dimasak”. Saranku makan sosis dimasak aja ndak usah nurut iklan, wong kesehatan kita adalah milik kita sendiri kok. bener gak?

Rincian Sumber :
Seperti dilaporkan surat kabar The Star Jumat (4/4), Martin Wiseman dari World Cancer Research Fund (WCRF), memperingatkan konsumen akan ancaman penyakit kanker bila terlalu sering mengonsumsi makanan nan lezat ini.  Ia juga mengingatkan konsumen untuk mewaspadai bacon dan menyatakan bahwa dengan hanya mengonsumsi 50 gram makanan daging olahan setiap hari dapat meningkatkan risiko mengidap kanker hingga 20 persen.
Hampir setahun lalu, Wiseman juga menyuarakan peringatan yang sama akan bahaya terlalu sering mengonsumsi daging olahan ini termasuk di dalamnya ham, pastrami, salami dan hot dog.
Makanan daging olahan memang dibuat dari daging atau ikan yang telah dicincang kemudian dihaluskan, diberi bumbu dan zat pengawet.  Ada yang kemudian diasap, dimasukkan dalam selonsong berbentuk bulat panjang simetris, baik yang terbuat dari usus hewan maupun pembungkus buatan (casing).
Wiseman menambahkan, laporan yang dirilis pihaknya mungkin bukan hal yang baru, tetapi yang justru ironis adalah hampir dua pertiga masyarakat khususnya di Inggris tidak sadar atau waspada akan isu ini.
¨Kami sekarang lebih yakin dari sebelumnya bahwa memakan daging olahahan dapat meningkatkan risiko mengidap kanker usus,” ujarnya.
Daging merah, termasuk di dalamnya sapi, babi, domba, sejauh ini dikaitkan dengan kanker usus. Meskipun demikian para ahli merekomendasikan bahwa daging merah boleh dikonsumsi  secara moderat (kurang dari 500g per hari) selama mengandung nutrisi yang sangat penting.
“Banyak hasil penelitian ilmiah yang menemukan bahwa kanker usus lebih sering ditemukan pada orang yang sering mengonsumsi daging merah dan produk daging olahan,” ungkap Sara Hiom, direktur informasi kesehatan Cancer Research di Inggris:
Sementara itu David Spiegelhalter, seorang Professor Public Understanding of Risk dari Cambridge University, berpendapat  satu di antara 18  pria memiliki kemungkinan mengalami kanker usus, sedangkan wanita satu di antara 20.  Hitungan tersebut, menurut   David Spiegelhalter adalah risiko seumur hidup.


Komponen Penyusun
Komponen utama sosis terdiri dari daging, lemak, dan air. Selain itu, pada sosis juga ditambahkan bahan tambahan seperti garam, fosfat, pengawet (biasanya nitrit/nitrat), pewarna, asam askorbat, isolat protein, dan karbohidrat.
Lemak sering ditambahkan pada pembuatan sosis sebagai pembentuk permukaan aktif, mencegah pengerutan protein, mengatur konsistensi produk, meningkatkan cita rasa, dan mencegah denaturasi protein.
Penambahan garam pada pembuatan sosis bertujuan untuk meningkatkan cita rasa, pengembang protein daging, pelarut protein daging, meningkatkan kapasitas pengikatan air (water holding capacity = WHC), serta sebagai pengawet. Penambahan fosfat akan bersinergi dengan garam untuk meningkatkan WHC pada sosis.
Tanpa garam dan fosfat, sosis akan sulit untuk dibuat. Asam askorbat sering ditambahkan dalam bentuk asam askorbat maupun natrium askorbat untuk membantu pemerahan daging. Selain itu, asam askorbat juga berfungsi sebagai antioksidan agar produk tidak mudah tengik.
Untuk mensubtitusi daging, pada pembuatan sosis sering juga ditambahkan isolat protein. Selain itu, pada pembuatan sosis juga ditambahkan karbohidrat sebagai bahan pengisi sosis.

Pengawet dan Pewarna
Pada pembuatan sosis, bahan pengawet yang sering digunakan adalah nitrit. Aktivitas antibakteri nitrit telah diuji dan ternyata efektif untuk mencegah pertumbuhan bakteri Clostiridium botulinum, yang dikenal sebagai bakteri patogen penyebab keracunan makanan. Nitrit dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan spora Clostiridium botulinum, Clostiridium perfringens, dan Stapylococcus aureus pada daging yang diproses.
Selain sebagai pengawet, fungsi penambahan nitrit pada proses kuring daging adalah untuk memperoleh warna merah yang stabil. Nitrit akan terurai menjadi nitrit oksida, yang selanjutnya bakal bereaksi dengan mioglobin membentuk nitrosomioglobin.
Meskipun nitrit sebagai salah satu bahan tambahan pangan memberikan banyak keuntungan, ternyata dari berbagai penelitian telah dibuktikan bahwa nitrit dapat membentuk nitrosamin yang bersifat toksik dan karsinogenik. Nitrosodimetilamin hasil reaksi nitrit dapat menyebabkan kerusakan pada hati dan bersifat karsinogen kuat yang bisa memicu penyakit tumor pada beberapa organ tikus percobaan.
Jenis bahan pengawet dan dosis maksimum yang diizinkan pada sosis berdasarkan SNI 01-0222-1995 adalah belerang dioksida (450 mg/kg), kalium nitrat (500 mg/kg), kalium nitrit (125 mg/kg), natrium nitrat (500 mg/kg), serta natrium nitrit (125 mg/kg). Jenis pewarna yang biasa digunakan pada sosis adalah eritrosin dan merah allura, masing-masing dengan kadar maksimal 300 mg/kg.

Jenis Casing
Terdapat tiga jenis casing yang sering digunakan dalam pembuatan sosis, yaitu alami, kolagen, serta selulosa. Casing alami biasanya terbuat dari usus alami hewan. Casing ini mempunyai keuntungan dapat dimakan, bergizi tinggi, dan melekat pada produk. Kerugian penggunaan casing ini adalah produk tidak awet.
Casing kolagen biasanya berbahan baku dari kulit hewan besar. Keuntungan dari penggunaan casing ini adalah dapat diwarnai, bisa dimakan, dan melekat pada produk. Casing selulosa biasanya berbahan baku pulp. Keuntungan casing selulosa adalah dapat dicetak atau diwarnai dan murah. Casing selulosa sangat keras dan dianjurkan untuk tidak dimakan.
Saat ini telah dikembangkan poly amid casing, yaitu casing yang terbuat dari plastik. Casing jenis ini tidak bisa dimakan, dapat dibuat berpori atau tidak, bentuk dan ukurannya dapat diatur, tahan terhadap panas, dan dapat dicetak.
.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...